Konstruksi kuda-kuda
Pengertian
Kuda-kuda
Adalah suatu
susunan rangka batang yangberfungsi untuk mendukung bebanatap termasuk juga
beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya.Kegunaan
:sebagai pendukung atap denganbentang maksimal sekitar 12 m.
Kuda-kuda
diperhitungkan mampumendukung :
Beban-beban
atap dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban
mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk,gording, kuda-kuda) dan beban hidup
(angin, air hujan, orang pada saat memperbaiki atap).
2.2 Bentuk
konstruksi kuda-kuda sepertiurutan gambar dibawah ini :
a. Akibat adanya beban maka
titikpertemuan kedua kaki kuda-kudabagian atas (P) mengalamiperubahan letak
yaitu turun ke P’,sehingga kaki kuda-kuda menekan kedua tembok kearah samping.
b. Untuk
mencegah agar kaki kuda-kudatidak bergerak ke samping perludipasang balok
horisontal untukmenahan kedua ujung bawahbalok kaki kuda-kuda tersebut.
Batang
horisontal tersebut dinamakan :balok tarik (AB).
c. Karena
bentangan menahan beban yang bekerja dan beban berat sendiri kuda-kuda,maka
batang tarik AB akan melentur. Titik P bergerak turun ke titik P’, dengan
adanya pelenturan, tembok seolah-olahke dalam.
d. Untuk
mengatasi adanya penurunan pada batang tarik diujung atas kaki kuda-kuda
dipasangi tiang dan ujung bawah tiang menggantung tengah-tengah batang tarik AB
yang disebut tiang gantung.
e. Semakin
besar beban yang bekerja dan bentangan yang panjang,sehinggakaki kuda-kuda yang
miring mengalami pelenturan.
f. Untuk
mencegah pelenturan pada kaki kuda-kuda perlu dipasangi batang sokong/skoor.
GAMBAR :
g. Pada
bangunan-bangunan yang berukuran besar, kemungkinankonstruksi kuda-kuda
melentur pada bidangnya karena kurang begitukaku. Untuk itu perlu diperkuat
dengan dua batang kayu horisontal yang diletakkan kira-kira ditengah-tengah
tinggi tiang gantung.
a. Balok
tarik, b. Balok kunci, c. Kaki kuda-kuda, d. Tiang gantung, e. Batang Sokong,
f. Balok Gapit, g. Balok Bubungan, h. Balok Gording, i. Balok Tembok, j. Balok
bubungan miring, k. Balok tunjang, l. Tiang Pincang, m. Balok Pincang,
2.3 Tipe
kuda-kuda
a. Tipe
Pratt
b.Tipe Howe
c. Tipe Fink
d. Tipe
Bowstring
e. Tipe
Sawtooth
f. Tipe
Waren
2.4 BENTUK
KUDA-KUDA
a. Bentang
3-4 Meter
Digunakan
pada bangunan rumah bentang sekitar 3 s.d. 4 meter, bahannya dari kayu, atau
beton bertulang.
b. Bentang
4-8 Meter
Untuk
bentang sekitar 4 s.d. 8 meter,bahan dari kayu atau beton bertulang.
c. Bentang
9-16 Meter
Untuk
bentang 9 s.d. 16 meter,bahan dari baja (double angle).
2.4.1 GAMBAR
KUDA-KUDA KAYU TEMPAT PARKIR KANTOR POS UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Kantor pos
universitas negeri Malang memiliki kuda-kuda kayu dengan menggunakan sambungan
bibir miring berkait, semua sambungan menggunakan baut. Semua rangka kuda-kuda
terbuat dari kayu yang ditahan beton bertulang, tinggi kolom sekitar 3 - 4,5 M,
serta memiliki 3 kuda-kuda pada bentang memanjangnya.
2.5
Sambungan Kayu
Adalah
sebuah konstruksi untuk menyatukan dua atau lebih batang kayu untuk memenuhi
kebutuhan panjang, lebar atau tinggi tertentu dengan bentuk konstruksi yang
sesuai dengan gaya-gaya yang akan bekerja pada batang kayu tersebut sesuai
penggunaan konstruksi kayu tersebut.
Hubungan
Kayu:
Adalah dua
batang kayu atau lebih yang dihubung-hubungkan menjadi satu benda atau satu
bagian konstruksi dalam satu bidang berdemensi dua maupun dalam satu ruang
berdemensi tiga
Pada
prinsipnya sambungan kayu dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Sambungan
kayu ke arah memanjang.
2. Sambungan
kayu ke arah melebar.
3. Sambungan
kayu ke arah menyudut
Selain tiga
macam sambungan kayu tersebut di atas, masih ada dua sambungan lain yaitu
sambungan bersusun dan sambungan dengan pengunci.Sambungan Kayu Memanjang :
Adalah sebuah konstruksi untuk menyatukan dua batang atau lebih balok kayu atau
papan kayu untuk memenuhi panjang tertentu yang dibutuhkan Sambungan kayu ke
arah memanjang ada dua macam yaitu memanjang ke arah mendatar, dan ke arah
tegak Sambungan melebar adalah sambungan papan untuk dinding,lantai maupun
untuk keperluan yang lain.
Sebuah
sambungan pada suatu konstruksi bangunan baik itu dari beton, baja maupun dari
kayu merupakan suatu titik terlemah pada konstruksi tersebut. Oleh sebab itu
dalam melaksanakan penyambungan harus memperhatikan syarat-syarat ukuran sambungan
dan gaya-gaya yang akan bekerja pada sambungan tersebut. Untuk memenuhi syarat
kekokohan sambungan dan hubungan kayu maka sambungan dan hubungan kayu harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Sambungan
harus sederhana dan kuat. Harus dihindari takikan besar dan dalam.
b. Harus
memperhatikan sifat-sifat kayu terutama sifat menyusut, mengembang dan menarik.
c. Bentuk
sambungan dari hubungan harus tahan terhadap gaya-gaya yang bekerja.
è
Syarat-syarat ukuran sambungan dapat dilihat pada contoh gambar sambungan
è Sedangkan
gaya-gaya yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Gaya
Tarik
Bila yang
bekerja gaya tarik, maka sambungan kedua batang kayu tersebut harus saling
mengait agar tidak mudah lepas, misalnya memakai sambungan bibir miring berkait.
2. Gaya
Desak (Tekan)
Bila yang
bekerja gaya desak, maka sambungan kedua batang kayu diusahakan agar permukaan
batang yang akan disambung saling menempel rapat. Misalnya memakai sambungan
lurus tekan.
3. Gaya
Lintang dan Momen
Bila yang
bekerja gaya lintang dan momen, maka gaya lintang akan menyebabkan sambungan
akan saling bergeser sedang momen akan menyebabkan suatu lenturan. Maka dalam
hal ni sambungan harus kuat dan kaku misalnya memakai sambungan pengunci.
4. Gaya
Puntir
Bila
sambungan atau hubungan ada gaya puntir, maka sambungan kedua batang kayu harus
saling mencengkeram agar tidak mudah terjungkit lepas misalnya memakai
sambungan tarikan lurus rangkap untuk sambungan tiang dan hubungan pen dan
lubang untuk hubungan sudut.
Untuk
mendapatkan sambungan yang awet dan kuat, maka cara mengerjakan sambungan harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1.Cara
mengerjakan sambungan kayu tidak boleh sampai merusak kayunya, misalnya: kayu
tidak boleh dipukul langsung tetapi harus diberi bantalan pelindung, salah bor
akan mterjadi lubang yang sia-sia dan lubang ini merupakan awal pelapukan,
salah gergaji akan mengurangi luas penampang kayu.
2. Kayu yang
akan disambung harus merupakan pasangan yang pas, maksudnya tidak boleh terlalu
longgar karena akan mudah lepas atau bergeser, dan juga tidak boleh terlalu k
encang (Jw. sesak) karen akalau dipaksakan akan ada bagian yang rusak atau
pecah.
3. Sebelum
kedua kayu yang akan disambung disatukan, lebih dahulu bidang bidang
sambungannya diberi cairan pengawet agar tidak mudah lapuk, sebab biasanya
daerah sambungan mudah dimasuki air dan air yang tertinggal ini menyebabkan
pelapukan.
4. Sambungan
kayu diusahakan agar terlihat dari luar, karena untuk memudahkan kontrol dan
perbaikan.
2.5.1
Macam-macamsambungan kayu memanjang
Dibandingkan
dengan bahanbangunan yang lain, kayu mempunyai sifat yang khas yaitu
kekuatannyabesar, kenyal, ulet, keras, dan mudah dikerjakan. Selain itu kayu
mudahterbakar, tidak tahan lembab, mudah lapuk, dan dapat berubahbentuknya.
Pemakaian kayu sebagai bahan bangunan didasarkan padatingkat keawetan dan
kekuatannya. Karena kayu merupakan bahanbangunan alam, maka dari pohonnya kayu
dapat dibentuk berbagaimacam ukuran yang berupa balok, dan papan. Di
perdagangan ukurankayu umumnya sudah tertentu antara lain : (ukuran dalam
satuan cm)
è 6/12 ;
6/10 ; 8/12 ; 10/10 ; 15/15 == disebut balok
è 2/15 ;
2/20 ; 3/25 ; 3/30 ; 4/40 == disebut papan
è 4/6 ; 5/7
======= disebut usuk atau kaso
è 2/3 ; 3/4
======= disebut reng
è 1/3 ; 1/4
; 1/6 ======= disebut plepet
Karena
keterbatasan panjang kayu yang ada diperdagangan, makauntuk suatu konstruksi
kayu yang panjang diperlukan adanya sambungankayu. Pengertian sambungan kayu
adalah dua batang kayu atau lebihyang saling disambungkan satu sama lain
sehingga menjadi satu batangkayu yang panjang. Pengertian hubungan kayu adalah
dua batang kayuatau lebih yang saling dihubungkan satu sama lain pada satu
titik tertentusehingga menjadi satu bagian konstruksi.
Perlu
diperhatikan syarat-syarathubungan kayu, antara lain :
1 dibuat
sesederhana mungkin tapi kokoh,2hindari menakik kayu yang dalam, perhatikan
penempatan sambungan,harus tahan terhadap gaya yang bekerja padanya, konstruksi
sambungandibuat yang pas, jangan menggunakan kayu yang cacat.
2.5.2MENGGAMBAR
SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT
Sambungan
takikan lurus, sambungan purus dan lubang terbuka,sambungan purus dan lubang
dengan spatpen purus alur, sambungan takikan lurus ekor burung, sambungan purus
dan lubang terbuka, sambungan purus dan lubang tertutup,sambungan purus dan lubang
dengan gigi tegak, sambunganpurus dan lubang dengan gigi garis bagi, sambungan
takikan lurusekor burung, sambungan Raveling ekor burung.Sambungan voor loef.
2.5.3
SAMBUNGAN KAYU BERSUSUN DANSAMBUNGAN DENGAN PENGUNCI
Sambungan
denganpengunci dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dan kekakuan kayuyang
besar. Alat sambung utama yang diperlukan adalah mur dan baut. Materi ini
meliputi : menggambar beberapa macamsambungan kayu bersusun dan beberapa
sambungan kayu dengan pengunci, yang terdiri dari :
-Sambungan
bersusun dengan schei,Sambungan bersusun dengan gigi.Sambungan dengan pengunci
di bawah,Sambungan dengan pengunci di atas dan di bawah,Sambungan dengan
pengunci di samping.
2.6
konstruksi kuda-kuda kayu tipe howe
Perencanaan
kuda-kuda (1)
Sebuah kuda-kuda
seperti tergambar:
i = jarak
kuda-kuda dalam m
j = jarak
gording dalam m
A.
PEMBEBANAN PADA KUDA-KUDA
Pembebanan pada kuda-kuda terdiri
dari:
1. Beban Mati, yang terdri dari:
Beban atap
Berat Gording
Berat sendiri kuda-kuda
2. Beban Hidup
3. Beban Angin
1 dan 2
Beban Mati dan Beban Hidup
Mula-mula tentukan besarnya dimensi
kuda-kuda, misalnya dimensi kuda-kuda a/b cm, hitung panjang keseluruhan
elemen-elemen kuda-kuda, hitung berat atap beserta asesorisnya seperti pada
perhitungan gording(PMI’70), misalnya berat atap c kg/m2.
Rubah berat
atap dalam satuan kg/m2, menjadi kg/m. Jumlahkan dengan berat balok gording.
Dan tambahkan dengan beban hidup P kg
Beban Atap =
c kg/m2 x i m = d kg/m
Berat
sendiri kuda-kuda = a m x b m x BJ
= e kg/m
Berat
sendiri gording = a m x b m x BJ x i m =
f kg
Beban-beban
terbagi rata tersebut diubah menjadi beban-beban terpusat
Dari
pembebanan tersebut diatas dengan analisa struktur didapat gaya-gaya batang
3. Beban
Angin
Beban angin
(w kg/m2) dikali luas atap yang dipikul oleh satu titik buhul sama dengan(z
kg)Beban Angin Kanan
Dari
pembebanan tersebut diatas dengan analisa struktur didapat gaya-gaya batang
Contoh
pembebanan pada kuda-kuda
PEMBEBANAN
PADA KUDA-KUDA
Beban tetap
=
1 Beban atap
2 Beban gording
3 Berat sendiri kuda-kuda
Beban hidup
=
1 Berat orang atau beban hujan
Berat atap =
2 q atap
= Beban atap x j
= 60 kg/m2
x 3,5 m
= 210 kg/m’
Berat
gording
3 G
gording = 810 kg/m3 x 0,2 m x 0,12 m x
3,5 m
= 68,04 kg
Asumsi
ukuran profil kuda-kuda : 12/20
Berat
sendiri kuda-kuda (Dwg No 6)
Panjang
profil kuda-kuda
Batang tepi
luar profil ganda =
4 Batang 1 dan 4 = (2 x 1,72 m) x 2 =
6,88 m
5 Batang 2 dan 3 = (2 x 2,332 m) x 2 =
9,328 m
6 Batang 5 dan 8 = (2 x 1 m) x 2 = 4 m
7 Batang 6 dan 7 = (2 x 2 m) x 2 = 8 m
8 Batang 9 dan 13 = 2 x 1,4 m = 2,8 m
9 Batang 10 dan 12 = 2 x 2,441 m = 4,882 m
10 Batang 11 = 1 x 2,6 m = 2,6 m
+
11 Panjang Total
= 38,49 m
Volume
batang total = Panjang total x 0,12 m x
0,2 m
= 38,49 m x
0,12 m x 0,2 m
= 0,924 m3
Berat
kuda-kuda = Volume total x berat jenis
= 0,924 m3 x
810 kg/m3
= 748,44 kg
Berat
aksesoris = 25% x berat kuda-kuda
= 25% x 748,44 kg
= 187,11 kg
Berat total
kuda-kuda = Berat kuda-kuda + Berat aksesoris
= 748,44 kg +
187,11 kg
= 935,55 kg
q berat
sendiri = q bs = = 155,93 kg/m’
Beban
Hidup =
1 P h = 100 kg
Berat
sendiri kuda-kuda =
2 P bs1 =
q bs x 1 m = x 155,93 kg/m’ x 1 m = 77,96 kg
3 P bs2 =
q bs x 1,5 m = 155,93 kg/m’ x 1,5 m =
233,89 kg
4 P bs3 =
q bs x 2 m = 155,93 kg/m’ x 2 m =
311,86 kg
5 P bs4 =
q bs x 1,5 m = 155,93 kg/m’ x 1,5 m =
233,89 kg
6 P bs5 =
q bs x 1 m = x 155,93 kg/m’ x 1 m =
77,96 kg
Berat
gording =
1 P g1 = G gording = 68,04 kg
2 P g2 = 2,5 x G gording = 2,5 x 68,04 kg = 170,1 kg
3 P g3 = 3 x G gording = 3 x 68,04 kg = 204,12 kg
4 P g4 = 2,5 x G gording = 2,5 x 68,04 = 170,1 kg
5 P g5 = G gording = 68,04 kg
Berat Atap =
1 P at1 = q atap x 1 m x ½ = 210 kg/m’ x 1 m
x ½ =
105 kg
2 P at2
= q atap x 1,5 m = 210 kg/m’ x
1,5 m = 315 kg
3 P at3
= q atap x 2 m = 210 kg/m’ x
2 m = 620 kg
4 P at4 = q atap x 1,5 m = 210 kg/m’ x 1,5 m = 315 kg
5 P at5 = q atap x 1 m x ½ = 210 kg/m’ x 1 m
x ½ = 105 kg
Beban
terpusat pada titik buhul =
1 P1 = Ph + P g1 + P at1 = 100 kg + 68,04 kg + 105 kg =
273,04 kg
2 P2 = Ph + P g2 + P at2 = 100 kg + 170,1 kg
+ 315 kg = 585,1 kg
3 P3 = Ph + P g3 + P at3 = 100 kg + 204,12
kg + 620 kg = 924,12 kg
4 P4 = Ph + P g4 + P at4 = 100 kg + 170,1 kg
+ 315 kg = 585,1 kg
5 P5 = Ph + P g5 + P at5 = 100 kg + 68,04 kg
+ 105 kg = 273,04kg
6 P6 = P bs5
= 77,96 kg
7 P7 = P bs4
= 233,89 kg
8 P8 = P bs3
= 311,86 kg
9 P9 = P bs2
= 233,89 kg
10 P10 = P bs1
= 77,96 kg
Reaksi
Perletakan =
VA =
=
=
1787,98 kg ( )
VB =
=
=
1787,98 kg ( )
GAYA BATANG
TITIK BUHUL
A
S Fy = 0
1 VA + S1 sin a1 – P10 – P1 = 0
1787,98 + S1 sin 54,4623o – 77,96 - 273,04 = 0
0,81373 S1 =
- 1436,98 kg
S1 = -
1765,92 kg (tekan)
S Fx = 0
2 S8 + S1 cos a1 = 0
S8 + S1 cos
54,4623o = 0
S8 +
(-1765,92) (0,58124) = 0
S8 = 1026,42
(tarik)
TITIK BUHUL
H
S Fy = 0
3 S9 – P9 = 0
S9 – 233,89
= 0
S9 = 233,89
kg (tarik)
S Fx = 0
4 S7 – S8 = 0
S7 – 1026,42
= 0
S7 = 1026,42
kg (tarik)
TITIK BUHUL
C
S Fy = 0
5 S2 sin a2 – S10 sin a3 – S1 sin a1 – S9 –
P2 = 0
6 S2 sin 30,9637o – S10 sin 34,99o –
(-1765,92) sin 54,4623o – 233,89 – 585,1= 0
7 0,51449 S2 – 0,5734 S10 – (-1765,92)
(0,81373) – 818,99 = 0
8 0,51449 S2 – 0,5734 S10 + 617,99 = 0
9 S2 = 1,1145 S10 – 1201,17
........................................................... (i)
S Fx = 0
1 S2 cos a2 + S10 cos a3 – S1 cos a1 = 0
2 S2 cos 30,9637o + S10 cos 34,99o -
(-1765,92) cos 54,4623o = 0
3 0,85749 S2 + 0,8193 S10 – (-1765,92)
(0,58124) = 0
4 0,85749 S2 + 0,8193 S10 + 1026,42 = 0
5 S10 = - 1,0466 S2 – 1252,8
………………………….…….……… (ii)
Persamaan
(i) dan (ii) :
1 S2 = 1,1145 (-1,0466 S2 – 1252,8) -1201,17
2 S2 = -1,1665 S2 – 2597,42
3 1,1665 S2 = - 2597,42
4 S2 = - 2226,67 kg (tekan)
Persamaan
(ii) :
1 S10 = - 1,0466 (-2226,67) – 1252,8
2 S10 = 2330,43 – 1252,8
3 S10 = 1077,63 kg (tarik)
TITIK BUHUL
D
S Fx = 0
1 S3 cos a2 - S2 cos a2 = 0
2 S3 = S2
3 S3 = -2226,67 kg (tekan)
S Fy = 0
1 - S11 – P3 – S3 sin a2 - S2 sin a2 = 0
2 - S11 – 924,12 – S3 sin 30,9637o – S2 sin
30,9637o = 0
3 - S11 – 924,12 – (-2226,67) (0,51449) – (-2226,67)
(0,51449) = 0
4 - S11 + 1367,08 = 0
5 S11 = 1367,08 kg (tarik)
Karena
simetris, maka :
1 S4 = S1 = -1765,92 kg (tekan)
2 S5 = S8 = 1026,42 kg (tarik)
3 S6 = S7 = 1026,42 kg (tarik)
4 S12 = S10 = 1077,63 kg (tarik)
5 S13 = S9 = 233,89 kg (tarik)
TABEL GAYA
BATANG AKIBAT BEBAN TETAP
NO BATANG BATANG TARIK ( + ) BATANG TEKAN ( - )
1 ---- -
1765,92 kg
2 ---- -2226,67
kg
3 ---- -2226,67
kg
4 ---- -
1765,92 kg
5 1026,42 kg ----
6 1026,42 kg ----
7 1026,42 kg ----
8 1026,42 kg ----
9 233,89 kg ----
10 1077,63 kg ----
11 1367,08 kg ----
12 1077,63 kg ----
13 233,89 kg ----